Sunday, May 15, 2011

reblogged "Kelas Puisi"

I'mma totally reblogged this, and again from Sastra Maya blog :DD
kami lahir bukan karena terpaksa, melainkan dari ketulusan jiwa

Kelas Puisi

sajak Assyifa Ilmi Auliya

Kepastian

Aku tahu kau menyayangiku
Kau tahu aku juga menyayangimu
Karena itu pasti

Aku tahu kau mencintaiku
Kau tau aku juga mencintaimu
Karena itu pasti

Kau sedih, aku sedih
Kau senang, aku senang
Itu pasti
Kau memberiku yang terbaik
Aku juga ingin memberi yang terbaik
Itu pasti

Aku tak mau kau pergi
Kau juga tak mau aku pergi
Karena kita saling membutuhkan
Itu pasti

Ku tau itu pasti
Iya, aku yakin akan kepastian itu
Karena kau sangat berarti bagiku
Karena aku juga sangat berarti bagimu

Itu pasti
Karena kau
Orangtuaku............



Sajak Milda Husnul Rosa


Kekecewaan yang mendalam


Kecewa...
Itulah yang pernah dialami oleh insan
Hati terasa hampa
Pikiran
Terasa tergoyah-goyah
Jiwa terasa sakit tak menentu

Kecewa ..
Hal inilah yang telah mengganggu kehidupan
Mengganggu tuk bermuajjah
Sulit rasanya tuk hilang
Sungguh menyakitkan

Kecewa..
Telah merogohi jiwa yang tenang
Merasuk ke dalam tubuh yang dingin
Menusuk darah yang mengalir
Sungguh kekecewaan yang mendalam



Sajak Nihayatul Mardliyah

Menulis

Seakan diserang sekelompok lebah
Ketika sebuah masalah datang bertubi-tubi
Seperti terbakar api
Hati ini merasakan perihnya dilema yang melanda

Namun secepat mobil balap
Rasa perih dan bingung itu hilang
Ketika tangan ini mulai menari-nari
Dengan sebuah pena dan secarik kertas

Ya...
Seperti yang sekarang aku lakukan
Menulis dan menulis
Walaupun terkadang aku tak mengerti
Apa yang aku tulis

Puisi.. ?
Menurutku tidak
Cerpen... ?
Tidak juga
Atau sebuah karangan?
Malah tidak sama sekali
Walaupun begitu aku tidak begitu peduli
Tentang apa yang aku tulis
Yang terpenting, hati ini terasa lega
Ketika aku dapat menulis
Menuliskan semua perasaan
Dan suasana hati yang ku alami
Untuk saat ini
Dan selamanya


Sajak Sakinatul Mardiyah

Ada Kamu

Di saat gelap menghampiriku
Ketakutan merasuki hatiku
Saat tak ada yang dapat kulihat
Cahaya kasihmu kan sinariku
Hingga aku dapat melihatnya

Saat pilu menghampiriku
Hingga luka tertoreh di hatiku
Saat api membakar batinku
Balutan kasihmu kan mengobatiku
Dingin embun kasihmu kan tenangkanku

Jangan kau takut, hiburmu
Saat terang berlalu
Takkan kau biarkan aku lemah
Saat hatiku terluka
Karena kau kan selalu di hatiku



Sajak Andina Firdaus

Aku Merindukan Dirimu

Lama tak bertemu denganmu
Rasa rindu pun muncul di hatiku
Ku rindu dengan senyumanmu
Ku rindu dengan wajahmu

Andai aku tahu
Sedang apa kau di sana
Andai kudapat bertemu denganmu
Sungguh senang sekali hatiku

Aku di sini merenung dan merenung
Merindukan dirimu
Sungguh kau sekarang ini
Segalanya bagiku

Hampir tiap malam
Aku terbayang-bayang dirimu
Aku sungguh rindu dirimu
Yang jauh dariku




sajak Ainur Rohma

Jauh

Bila aku berangan-angan kau ada disini
Itu wajar..
Tetapi jika aku ingin kau tepat dihadapan mataku
Itu tak mungkin

Jauh... itulah dirimu
Itulah keberadaanmu
Hingga aku hanya menunggu
Menunggu detik-detik waktu

Jauh... itulah yang kruasakan
Bagai pepohonan yang telah gersang
Bagai kehidupan yang pudar
Bagai melodi yang tak bersuara

Dan semua itu akan berakhir
Ketika kau memecahkan
Sekelompok kata yang kau janjikan
Saat dahulu kala. ..




Sajak Solehatul Ummah
Dari Matamu

Waktu demi waktu pun terus berjalan
Pertemuan itu pun ada
Walau terjadi tak sengaja
Rasa senang yang aku rasakan
Pun datang...

Dan rasa senang itu ingin aku dapatkan
Tiap jam, menit, maupun detik
Rasa senang itu selalu datang
Karena aku tak mau terkalahkan
Oleh apapun, siapapun dan kapanpun

Tapi.. rasa itu
Tak luar biasa
Tak lebih
Hanya seperti
Teman yang bertemu
Dengan teman lamanya..

Setiap waktu, kapanpun itu..
Disaat aku bertemu denganmu
Aku terus berfikir
Apa yang aku senangi dari dirimu ?
Dan semua itu terjawab
Yaitu ... dari matamu ...



Sajak Nurmalia Andriani

Separuh Hati yang Hilang

Awan mendung diwajahku tak dapat kusembunyikan
Tetes-tetes air mata kini jatuh membahasi pipiku
Hati ini tak lagi bisa menyembunyikannya
Sehingga air mata ini jatuh begitu saja

Ketika aku mendengar kau akan pergi
Jauh entah kemana kau pergi
Ketika itu juga kenangan akanmu melayang
Ingatan waktu kecilku memaksa keluar

Ingatan itu yang tak pernah lepas darimu juga
Tangisku tak dapat ku tahan lagi
Memori-memori indah tersimpan rapi di dasar otak
Kini hatiku bagai kehilangan sesuatu..

Kehilangan bagian yang ku simpan bagimu
Semakin lama ku tahan sakit ini
Semakin sakit hati ini
Kini tangisku tak ada guna lagi

Kau telah pergi
Entah kemana ku pun tak tahu
Waktu berjalan begitu cepat
Namun kau tak datang juga



Sajak Rr. Hazhiyah Zatalini


Isi Hati

Berkali-kali aku bersabar
Beribu-ribu aku maafkan
Sedetik pun tak pernah kuabaikan

Kau inginkan ini selalu kuwujudkan
Kau tak inginkan itu aku turuti
Tak pernah aku membantah maumu

Kepercayaan sayang dan cinta
Selalu hanya untukmu
Sedikit pun aku tak mau berprasangka buruk

Tapi kini kamu berubah
Sejak kita berdua berpisah
Kau mulai dustai aku kau mulai nakal di belakangku
Aku tahu kini aku hanya sahabatmu
Aku mengerti ini hanyalah masa lalu
Tapi tidak seperti ini kau lukai aku

Aku kecewa aku terluka
Maaf, maaf, maaf – hanya itu yang ada
Kau ucapkan setelah kau berdusta

Oh, dirimu yang di sana
Dengarlah isi hati yang kurasa
Aku hanya ingin kita kembali bersama
Menjalin silaturahmi sepanjang masa

Sajak Mu’hiddurrahman
Para rasul yang memilih jalan lain

Kantong kemolekan sekelebatan mata membuatnya meregang dialog
Mulai melepas satir penutup, hijab kemunafikan
Melucuti getir perasaan tali kekang para budak yang dituankan
Mengeluh, mendesah bukan karena kenikmatan yang mereka iklankan
Melainkan puncak klimaks ketidakpuasan akan indah satir molek bermanekin kebohongan

Naluri sahwat gratisme datang mengerumuni, mengirim para rasul tuk mencoba merasakan nikmat secara Cuma-Cuma
Bbahh...
Para rasul 9 dengan kungkungan kerangkeng
Munafik sudah bisa berakal dan
Berani melucuti satir molek itu
Meski harus mengibaskan pedang lentur yang
Memaksa menghilangkan mahkota dua rasul pendosa
Di malam yang dingin seperti bara kemarin,
Satu bidadari budak pun harus kedinginan,
Meregang. Menekuk lidah, telanjang dengan menonjolkan pengakuan
Kepalsuan karena
Terlucuti sudah satir itu




Sajak Fahrizal

Lorong

Ruang sempit memanjang ke depan
Menyempitkan pandanganku
Lantai ubin yang dingin
Merasuki cepat kakiku...

Binar-binar cahaya yang mengintip
Masuk dan menyinari
Memberikan kehangatan pada setiap orang
Di dalamnya
Udara yang menyelinap masuk
Melalui celah-celah kecil cendela
Memacu tekanan udara
Seperti hembusan angin musim kemarau
Yang mengelus halus menenangkanku
Seandainya dirimu seorang perempuan
Maukah kamu menjadi pacarku?

1 comment: