Sebuah cerita yang katamu aneh
I. rambu-rambu membaca
kamu berkata siapa saja boleh membaca, tetapi dengan syarat
tak boleh diucap seusai membaca, bertanya, dan juga menilai.
sebab sewaktu bercerita kamu tidak meminta pendapat
kecuali kamu yang meminta. aku mencerna tawaranmu sebagai
tawaran yang menyakitkan.
tentunya kalian juga tak boleh membantah,
terkhusus untuk Anda yang cinta dengan cerita
II. tentang pencerita
kamu bilang kamu orang yang biasa saja. sama dengan semua
orang pada umumnya. merasakan sedih, senang dan juga takut
yang amat akut seperti gletser mencair
kamu juga suka bercerita tentang pendingin ruangan
yang membuatnya makin menggigil.
kamu paling jago dalam membeli celana jins yang paling murah,
tetapi mahal bagi para buruh yang hak-haknya diekploitasi.
sehingga membuat hidupku tidak tenang, siang malam hal-hal
tak habis memenuhi tempurung kepalamu. hingga aku menyandingkanmu
dengan Descartes. pemikir itu.
III. mulai dari lanturan hingga pemikiran mendalam
dari hal kecil hingga sesuatu yang tidak sempat dipikirkan orang
semua kamu tuangkan dan kamu rawat seperti
merawat baju, boneka, dan rambut kesayanganmu
selain kamu merunut kisah, juga melukiskan dengan
gurat wajah yang amat sempurna
menunjukkan garis-garis susah, senang, sedih dan juga marah
tapi kau bilang itu hanya sebuah sandiwara
sebab wajah bisa berubah seperti hati
yang tidak mungkin pernah bisa diikuti
IV. keinginan yang sebatas ingin
kamu bilang suatu kota yang jauh itu, indah dan
penuh kedamaian. ada salju sesekali
dan para warga yang suka berjalan kaki
bukan berebut menaiki mobil pribadi
saat jenuh menyapamu, laut luas
pilihanmu. laut kamu rengkuh untuk membagi
resah, gelisah lalu tak segan kamu berteriak
sekeras-kerasnya
katamu dengan begitu bisa menghilangkan beban di kepala
v. takjub dan takluk
aku benar-benar tidak mengira,
sangka pun tidak ada. meski sempat menaruh
curiga, hal itu hanya sementara dan rupanya
sia-sia. sehingga aku semakin terperangah
melihah kisahmu. kisah yang kamu bilang
aneh tetapi menurutku sangat indah dan memesona
seperti kata yang tercipta
sebagai bukti dan prasasti dari
tingkah laku manusia
sehingga tiada satu pun kata yang sia-sia
Mojokerto, 29 April 2011
(sajak Akhmad Fatoni)
reblogged from Sastra Maya
comment : LOL, I'm very very like it. Thank you sir :DD (my indonesian teacher)
No comments:
Post a Comment